Disaster Recovery: Pengertian dan Jenis Metodenya

Dapat kita ketahui bahwa menyimpan data menggunakan teknologi
tidak semerta-merta kebal dari terjadinya gangguan dan juga bencana.
Bencana bisa terjadi akibat terganggunya sebuah jaringan, serangan cyber, dan
juga kerusakan device akibat dari human error atau bencana alam. Sehingga, untuk mengembalikan data yang hilang, perusahaan disarankan
untuk melakukan Disaster Recovery Plan.


Disaster
recovery
sendiri diambil dari kata Disaster yang artinya bencana dan Recovery
yang dapat diartikan sebagai pemulihan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Disaster Recovery merupakan sebuah proses pemulihan pada suatu sistem
apabila terjadi sebuah bencana. Disaster Recovery Plan memiliki beberapa tipe
seperti, Virtualized Disaster Recovery Plan, Network Disaster Recovery Plan, Cloud Disaster Recovery Plan, dan Data Center Disaster Recovery Plan. Namun
kali ini kami akan lebih berfokus pada cloud Disaster Recovery Plan mulai dari
pengertian, cara kerjanya, dan faktor pertimbangan yang harus Anda pikirkan.


Apa itu Disaster Recovery?

Cloud Disaster Recovery adalah sebuah strategi dan juga layanan yang berfungsi untuk
mengamankan sebuah data, aplikasi, dan sumber daya lainnya ke public cloud dan
penyedia layanan khusus. Strategi ini banyak digunakan oleh perusahaan
dikarenakan lebih menghemat ruang, waktu, biaya dan juga sistem yang lengkap
dibandingkan dengan 
Disaster Recovery tipe lainnya. Pengelolaan Cloud Disaster Recovery sendiri perlu dilakukan secara tepat karena pengelola harus mengetahui
lokasi server fisik dan virtual. 


Lalu,
bagaimana cara menggunakan 
Cloud Disaster Recovery ini? Berikut 3 cara dasar
untuk menggunakan cloud sebagai bagian dari Disaster Recovery. 


Disaster Recovery dari Cloud

Cara
pertama adalah menggunakan cloud sebagai wadah menyimpan data backup, dan
tempat merecover  data dari cloud tersebut apabila terjadi bencana.
Ringkasnya, pendekatan ini dilakukan untuk Disaster Recovery berbasis cloud
yang dimana Anda melakukan backup dan Recovery di tempat yang sama yaitu, cloud.
Namun, kelemahan dari cara ini adalah apabila suatu saat terjadi bencana alam
yang menimpa pusat data, maka data yang telah Anda simpan akan hilang dan tidak
bisa untuk dipulihkan. Maka dari itu pilihlah cloud provider dengan lokasi
pusat data teraman.

Disaster Recovery ke Cloud

Cara
kedua adalah dengan melakukan backup on-premises, dan me-recover ke database dan
VM (Virtual Machine) yang ada pada cloud. On-premises sendiri dapat diartikan
sebagai IT Environment dan infrastruktur seperti server dan juga software yang
digunakan oleh IT organisasi atau perusahaan. Sehingga pada pendekatan ini
menghilangkan kebutuhan akan infrastruktur fisik untuk tetap tersedia setelah
bencana. Maka Anda akan dengan cepat memulihkan data ke virtual environment
yang berjalan di cloud. Resiko yang akan terjadi adalah jika Anda menyimpan
data backup on-premises, data backup anda akan hancur apabila terjadi bencana
alam di local environment Anda.


Cloud-to-Cloud Disaster Recovery

Cara
ketiga adalah dengan menyimpan cadangan di cloud dan memulihkannya ke cloud
pada waktu yang bersamaan. Pada pendekatan ini, Anda akan memutar mesin virtual
dan databased di cloud, kemudian mengisinya dengan data dari cadangan berbasis
cloud Anda jika terjadi bencana yang berdampak pada sumber daya lokal.

Selain
itu, memisahkan data cadangan dan infrastruktur cadangan Anda dari pusat data
lokal dapat mempercepat pemulihan bencana, karena biasanya akan membutuhkan
lebih sedikit waktu untuk mentransfer data cadangan dari penyimpanan cloud ke
VM (virtual machine) dan database cloud daripada memindahkan data antara cloud
dan lingkungan lokal, atau sebaliknya. Itu karena jaringan dalam cloud yang
sama menawarkan lebih banyak bandwidth daripada Internet publik yang
menghubungkan cloud ke lingkungan eksternal.

Dalam
merencanakan rencana terbaik untuk 
Disaster Recovery berbasis cloud, Anda harus
mempertimbangkan beberapa faktor berikut.


Faktor
yang Harus Dipertimbangkan dalam Cloud Disaster Recovery Plan

Sebelum memutuskan untuk menggunakan layanan cloud Disaster Recovery plan, ada baiknya untuk mempertimbangkan beberapa hal terlebih dulu.


Kebutuhan RPO dan RTO

Recovery Point Objective (RPO) dan Recovery Time Objective (RTO) merupakan sebuah
parameter yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui berapa banyak
kehilangan data yang mungkin terjadi dan seberapa lama sistem tidak dapat
diakses. Semakin cepat Anda membutuhkan data dipulihkan, semakin Anda mungkin
perlu berinvestasi dalam pemulihan bencana berbasis cloud yang dapat membuat
beban kerja Anda meningkat dan berjalan lagi dengan cepat.

Biaya

Semakin banyak biaya yang Anda investasikan pada cloud backup dan
cloud recovery akan semakin canggih juga recovery plan Anda. Banyaknya biaya
yang akan anda keluarkan untuk 
Disaster Recovery configurations menjamin
recovery yang lebih cepat dan lebih dapat diandalkan.

Administrasi

Semakin banyak cloud environment dan sumber daya cloud yang telah
Anda jalankan sebagai bagian dari rencana pemulihan bencana Anda, semakin
banyak waktu yang harus Anda habiskan untuk mengelolanya (belum lagi menjaga
mereka tetap aman). 

Berikut
beberapa pertimbangan dan juga cara kerja cloud disaster recovery plan.
Konsultasikan cara cara diatas kepada tim Anda dan juga provider cloud
kepercayaan Anda untuk tercegah dari kecelakan data yang fatal.  Info
selengkapnya dapat anda akses pada website www.wowrack.co.id. Semoga penjelasan diatas
dapat memudahkan anda mengenai cara-cara penggunaan cloud disaster recovery.

Blog Wowrack Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

See More

Latest Article

Optimalkan kinerja bisnis sesuai kebutuhan Anda dengan layanan fleksibel Wowrack