Server Berbasis Prosesor ARM

Kalau kita melihat film-film Hong Kong tahun 80-an, kita bisa melihat handphone sebesar bata dengan antena yang menonjol dan merepotkan untuk dibawa. Dengan ukuran sebesar itu, jangankan masuk ke saku, untuk dipegang saja tidak nyaman. Dan fungsinya ya tentu saja hanya untuk menelpon, jangan mimpi ada game Angry Bird di handphone sebesar bata ini.

Tapi, itu dulu. Handphone sekarang bukan hanya ukurannya kecil, tapi produsen handphone bahkan bersaing untuk menciptakan smartphone setipis mungkin. Dan fungsinya pun bukan hanya sebatas menelepon tapi juga terkoneksi ke internet,multimedia dan game. Beberapa tahun belakangan kita bisa melihat perkembangan smartphone yang luar biasa cepat bahkan mulai mengejar kemampuan komputer PC. Smartphone sekarang mempunyai kemampuan yang lebih dari cukup untuk menjalankan game-game 3D yang cukup berat. Semua ini tidak lepas dari perkembangan “otak” smartphone itu sendiri yaitu prosesor ARM.

Prosesor ARM sejak awal didesain untuk bekerja dengan kebutuhan daya yang rendah sehingga bisa digunakan untuk mobile gadget. Prosesor ARM generasi awal tidak mempunyai performance yang tinggi karena smartphone masa itu memang tidak membutuhkan performa prosesor yang cepat. Tapi, prosesor ARM generasi sekarang performanya jauh melebihi generasi pertama, dan tentu saja tetap unggul dalam hal pemakaian daya. Bukan hanya merajai kelas smartphone, tapi prosesor ARM juga merajai kelas tablet dan walaupun masih terbatas, prosesor ARM mulai memasuki kelas notebook berhadapan langsung dengan Intel dan AMD yang sudah lebih dulu bermain di sana.

Masuknya prosesor ARM ke pasar server memang hanya tinggal menunggu waktu. Tidak kurang dari perusahaan-perusahaan sekelas Dell dan HP mulai menjajaki penggunaan prosesor ARM untuk kelas server. ARM memang menjanjikan beberapa keunggulan dibanding prosesor x86 Intel dan AMD. Keuntungan terbesar adalah dalam hal kebutuhan daya. Prosesor ARM membutuhkan daya yang jauh lebih kecil dibandingkan prosesor x86 yang berarti penghematan biaya energi yang signifikan.

Calxeda, salah satu perusahaan start-up yang memasarkan server ARM untuk pasar komersial mengklaim kalau servernya 15 kali lebih efisien dibandingkan server berbasis Intel Xeon E3. Benchmark Calxeda menggunakan prosesor quad-core EnergyCore ECX-1000 system-on-a-chip (SoC) yang desainnya berbasiskan ARM Cortex A9, kecepatan 1 Ghz, menggunakan Ubuntu 12.04 dan Apache Server. Hasil benchmark mereka menunjukkan efisiensi daya 15 kali lebih baik dari prosesor quad core 3.3 Ghz Xeon E3-1240.

Walaupun kedengarannya sangat menjanjikan, bukan berarti jalan bagi ARM untuk menguasai pasar server sangat mulus. ARM punya beberapa kelemahan, di antaranya dalam hal software. Software yang digunakan untuk server harus diporting ke ARM karena ARM dan x86 menggunakan set intruksi yang berbeda. Hal ini tentu saja menjadi hambatan bagi developer dan perusahaan yang ingin menggunakan server ARM.

Beberapa perusahaan linux mencoba memberi solusi bagi masalah ini. Salah satu perusahaan yang paling aktif mendukung server ARM adalah Ubuntu. Ubuntu server versi terakhir,12.04 LTS, sudah mendukung arsitektur ARM. Cukup masuk akal kalau Ubuntu gigih mendukung ARM mengingat pasar server saat ini lebih banyak dikuasai Red Hat. Dari sisi software pendukung, LAMP sudah menyatakan dukungannya pada ARM. Walaupun tidak seagresif Ubuntu, distro-distro besar lain seperti Debian, Arch, Fedora/Red Hat juga sudah mulai memporting distro mereka untuk prosesor ARM.

Kelemahan lainnya adalah keterbatasan prosesor ARM generasi sekarang yang masih bekerja pada 32 bit dan dukungan yang sangat terbatas untuk virtualisasi. Dengan kata lain, server ARM belum bisa bersaing di kelas enterprise yang membutuhkan virtualisasi. Hasil benchmark Calxeda yang sangat gemilang itu juga “lupa” menyertakan skenario dalam dunia nyata. Walaupun server ARM mengalahkan prosesor Xeon dalam hal efisiensi, benchmark itu hanya dilakukan untuk Apache server. Dalam prakteknya, sangat jarang server berbasis Xeon hanya digunakan untuk menjalankan Apache server saja. Untuk memanfaatkan kapasitas prosesor, server Xeon bisa memvirtualisasikan server-server lain. Jika virtualisasi ini dimasukkkan dalam perbandingan, hasilnya tentu akan sangat berbeda karena ARM belum sepenuhnya mendukung virtualisasi. Generasi prosesor ARM yang berikutnya direncanakan mendukung 64 bit dan virtualisasi.

Kelemahan berikutnya mungkin bisa juga berupa keuntungan. ARM Holdings, perusahaan di balik arsitektur ARM tidak memproduksi prosesor mereka sendiri tapi hanya menjual lisensi pada perusahaan lain. Dengan sekitar lebih dari 60 perusahaan yang memegang lisensi ini, masing-masing perusahaan bisa memproduksi sendiri prosesor sesuai desain yang mereka inginkan. Bagi developer software untuk Android, hal ini bisa memusingkan karena desain antar perusahaan itu belum tentu saling kompatibel, software yang sama yang berjalan mulus di satu prosesor belum tentu bisa bekerja di prosesor dari perusahaan lain.Di lain pihak, hal ini juga memberi kebebasan untuk mengkustomisasi server sesuai kebutuhan, bukan hanya dari segi software tapi juga hardware.

Untuk saat ini memang server ARM masih sebatas pengembangan dan belum matang, tapi akan sangat menarik melihat kompetisi antara Intel, AMD dan ARM. Bukan hanya dalam pasar server tapi juga pasar smartphone, tablet dan notebook. Seperti ARM yang berniat berebut kue di pasar server, Intel dengan prosesor Atom-nya berencana untuk turun kelas berebut kue di pasar smartphone dan tablet. Bagi kita sebagai konsumen, kompetisi di antara mereka tentu saja menguntungkan karena akan memunculkan inovasi dan menurunkan harga. Tentu saja, selama mereka bersaing dengan bersih dan bukan menghabiskan waktu di pengadilan saling melempar tuntutan pelanggaran paten yang abstrak.

Blog Wowrack Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

See More

Latest Article

Optimalkan kinerja bisnis sesuai kebutuhan Anda dengan layanan fleksibel Wowrack