Melihat Kesalahan Bisnis dalam Adopsi Cloud Melalui Cloud Economics 

Berkembangnya teknologi digital, terutama cloud, mendorong bisnis untuk mengadopsi cloud demi mendapatkan keuntungan yang diberikannya. Sayangnya, adopsi ini tidak diikuti dengan perubahan cara pikir dari yang sebelumnya on-premises.

Dampaknya adalah banyak pelaku bisnis yang masih menggunakan perhitungan finansial pada aset digital mereka sebagai “pemilik”, yang seharusnya menjadi “penyewa” jika sudah mengadopsi cloud.

Hal yang kemudian terjadi adalah bisnis melakukan operasinya tanpa memperhitungkan kebutuhan finansial yang spesifik dengan cloud yang digunakan. Alhasil, bisnis hanya mendapatkan sedikit benefit yang cloud bisa berikan, hingga timbul pemikiran untuk kembali ke model sebelumnya, yakni on-premises.

Ini semua terjadi karena terdapat kesalahan besar dalam pola pikir ketika sebuah bisnis ingin mengadopsi cloud.

1. Early Benefits vs. Continuous Benefits

Ketika bisnis ingin mulai berpindah menggunakan cloud, sering kali yang menjadi fokusnya adalah bagaimana bisnis dapat mengurangi pengeluaran IT dengan teknologi yang baru ini. Hal yang terjadi adalah kita melewatkan kesempatan bagus untuk me-review infrastruktur yang kita miliki saat ini.

Jika berfokus pada mengurangi pengeluaran, yang terjadi adalah bisnis melakukan “lift and shift”. Yakni sebuah proses migrasi di mana bisnis memindahkan seluruh environment digital dari on-premises ke dalam cloud.

Sayangnya, jika masalah yang ada di environment ditimbulkan dari dalam dan bukan karena on-premises, maka masalah tersebut juga akan ikut terbawa ke dalam cloud yang baru. Hal ini disebut dengan Technical Debt. Hasilnya, pengeluaran kecil di masa migrasi, tetapi dalam proses operasinya tetap mengeluarkan biaya yang tinggi.

Inilah kenapa perlu dilakukan review secara menyeluruh pada infrastruktur digital yang ada untuk menghilangkan technical debt yang merugikan operasi digital sebelum melakukan migrasi ke cloud. Dengan begini bisnis bisa mendapatkan operating cost yang jauh lebih kecil dibanding sebelumnya.

2. Average Cost’ CaPex vs. ‘Incremental Cost’ OpEx

IT lama atau on-premises bergerak berdasarkan investasi berdasarkan model capital expenditure atau modal di awal. Dengan model ini, bisnis yang ingin mendapatkan infrastruktur IT harus melakukan perencanaan yang panjang yang diikuti dengan pengeluaran modal.

Model ini membuat bisnis menghitung efisiensi dari pengeluaran yang telah dilakukan dari harga rata-rata dan tingkat penggunaan perangkat yang didapatkan.

Lahirnya cloud computing dan jasa penyedia cloud menciptakan cara pandang baru, di mana bisnis bisa mendapatkan kemampuan komputasi sesuai dengan kebutuhannya. Di sinilah lahir OpEx atau operational expenditure sebagai model investasi.

Melalui model OpEx, efektivitas cloud diperhitungkan melalui seberapa efektif bisnis mengevaluasi permintaan komputasi yang dibutuhkan saat itu. Dengan kata lain, bagaimana bisnis hanya membayar yang dibutuhkan saja.

Karena inilah, penting bagi bisnis untuk menciptakan biaya operasional yang dinamis, di mana itu dapat disesuaikan dengan layanan cloud yang dibutuhkan sesuai dengan workload yang ada.

3. Menggunakan Pola Estimasi Pengeluaran On-Premises

Hal yang perlu disadari oleh bisnis ketika berpindah dari on-premises menjadi cloud adalah adanya perubahan pola finansial yang sebelumnya investasi di muka atau CapEx menjadi biaya operasional atau OpEx.

Keterlambatan dalam menyadari perubahan ini menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam estimasi pengeluaran yang dibutuhkan untuk operasional infrastruktur IT.

Menyesuaikan dengan perubahan pola finansial yang terjadi, maka alat terbaik dalam melakukan estimasi biaya untuk penggunaan cloud adalah dikaitkan dengan perencanaan penggunaan cloud itu sendiri.

4. Expansi Cloud yang Berlebihan

Cloud memiliki kelebihan dalam hal skalabilitas dan elastisitas, di mana infrastruktur cloud sangat dapat mendukung workload yang bervariasi dan tidak menentu, sebagai contoh provider streaming video.

Sayangnya pada bisnis yang baru ingin melakukan adopsi cloud, tidak ada pemisahan workload yang menyebabkan semua data yang ada masuk ke dalam cloud.

Pada umumnya, beban kerja bisnis bisa dikategorikan menjadi dua macam. Beban kerja yang tinggi dan bervariasi dalam penggunaannya dan beban kerja rendah dan stabil. Langkah yang tepat bagi bisnis adalah memisah kedua workloads ini dan menempatkannya pada tempat yang sesuai.

5. Migrasi Segala Workload ke Cloud

Skala ekonomi yang lahir dalam cloud environment menciptakan berbagai keuntungan, baik dalam segi penghematan maupun pendapatan untuk bisnis, melalui prakter hyperscalling

Walaupun begitu, bukan berarti setiap workload yang dimiliki oleh bisnis harus dimasukkan ke dalam cloud. Jika ini dlakukan, hal yang umum terjadi adalah bisnis melakukan migrasi kembali ke infrastruktur on-premises. 

Tingginya kebutuhan infrastruktur, terutama pada bagian penyimpanan data, menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan. Lambat laun, biaya yang membengkak membuat on-premises menjadi opsi yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan cloud. 

Melakukan prioritasisasi workload dapat membantu mengoptimalkan manfaat cloud yang dapat diterima oleh bisnis.

Membangun Cloud Berbasiskan FinOps

Mendapatkan keuntungan terbaik dari cloud dalam hal investasi membutuhkan fokus yang tinggi dan kepemimpinan yang jelas. Maka dari itu, juga dibutuhkan bantuan dari tim FinOps (financial operation) yang bertugas dalam memandu bisnis dalam mengambil keputusan terkait dengan pengelolaan cloud.

PlanningEarly Phase AdoptionCloud Operation
General Cloud ActivityMigration planningMigration execution and assurance Post-migration operating model
Role of FinOps1. Economics of cloud business case
2. Cloud sourcing (long-term demand planning, CSP negotiation)
1. FinOps organization and operating model
2. Cloud spends visibility
3. Cloud-consumption governance and charge-back/show-back model
1. Demand-driven analytical forecasting 
2. Continuous optimization 
3. Stakeholder orchestration and charge management 
4. Enabling business decision through cloud economics. 

Ada berbagai hal yang bisa dilakukan oleh tim FinOps untuk membantu bisnis memaksimalkan pengaplikasi cloud. Sebagai contoh, tim FinOps dapat mengambil study case terbaru dan mengaplikasikannya; melakukan kalibrasi finansial berdasarkan kebutuhan cloud; melakukan update sebagaimana hadirnya layanan dan pricing yang baru; atau memfokuskan investasi pada area di mana bisnis dapat lebih diuntungkan dalam adopsi cloud.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

See More

Latest Article

Optimalkan kinerja bisnis sesuai kebutuhan Anda dengan layanan fleksibel Wowrack